TEROBOSAN JIWA WIRAUSAHA BAGI NELAYAN
KKN DISEMINASI EDUKASI PEMASARAN DIGITAL SUMBER DAYA PERIKANAN PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2021
Kelompok : 1 (satu)
Dosen Pembimbing Lapangan : Dr. Atikah Nurhayati, S.P., M.P.
Oleh:
Afdhal Rabbani Putra (110110170275)
Andriyansyah Nurrachman (120110180119)
Rahma Khoirunisa (170610180124)
Maulana Andriansyah (230210180022)
Syifa Amanda (260110180068)
Pada tahun 2014 lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri No.5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). SLIN merupakan regulasi yang mengatur sistem pengelolaan rantai pasok ikan dan hasil perikanan, bahan dan alat produksi serta informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, hingga pendistribusian sebagai satu kesatuan kebijakan untuk peningkatan kapasitas dan stabilitas sistem produksi perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas harga dan juga untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Meskipun begitu, fenomena rendahnya kesejahteraan nelayan masih menjadi permasalahan di Indonesia. Hal tersebut dipicu oleh pendidikan dan produktivitas nelayan yang rendah, padahal nelayan sebagai sumber daya manusia sangat penting untuk membangun perekonomian bangsa, mengingat sumber daya kelautan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar.
Dalam perspektif ekonomi makro, sumber daya manusia dianggap sebagai faktor kunci dalam fungsi produksi ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, memfasilitasi inovasi teknologi, meningkatkan pengembalian modal, dan membuat pertumbuhan lebih berkelanjutan, yang pada akhirnya mendukung pengentasan kemiskinan. Sementara dalam perspektif ekonomi mikro, sumber daya manusia dianggap sebagai komponen pendidikan yang berkontribusi pada produktivitas dan pendapatan tenaga kerja individu sekaligus menjadi komponen penting dari produksi perusahaan karena dapat mengubah bahan mentah dan modal menjadi barang dan jasa. Karena sumber daya manusia memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di semua negara, maka diperlukan penguatan salah satu komponen sumber daya manusia, yaitu pengetahuan.
Dilihat dari konsepnya, nelayan merupakan sumber daya manusia yang menempati posisi sentral dalam hal pemberdayaan rumah tangga nelayan. Peningkatan pengetahuan nelayan menjadi modal awal untuk perbaikan kondisi sosial ekonomi. Selain itu, infrastruktur di tempat kerja akan mendukung produktivitas. Namun, nelayan di Indonesia, meski telah berusaha untuk keluar dari kemiskinan dengan berbagai upaya, masih belum sejahtera. Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan kewirausahaan yang kuat dan kompetitif sangat diperlukan dalam usaha perikanan. Perumusan model pemberdayaan yang didasarkan atas karakteristik masyarakat tidaklah mudah, karena terdapat perbedaan karakteristik antarmasyarakat. Namun, karakteristik masyarakat nelayan tidaklah jauh berbeda antara lain masih mempertahankan ilmu dari nenek moyang dalam menangkap ikan, memiliki jiwa wirausaha yang rendah, dan ketergantungan yang tinggi pada alam. Agar terbebas dari jerat kemiskinan dan keterbelakangan, kesuksesan instan tidak dapat diraih karena pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dalam proses yang panjang.
Pemberdayaan tersebut ditempuh melalui beberapa langkah: (a) pembentukan perilaku, yang menciptakan prasyarat dan kesadaran masyarakat akan kebutuhannya sendiri; (b) transformasi kapabilitas dalam bentuk keterbukaan, peningkatan kompetensi yang bertujuan untuk berperan dalam pembangunan; (c) peningkatan kapabilitas intelektual, yaitu peningkatan prakarsa dan kemampuan inovatif menuju otonomi dalam persaingan ekonomi. Model pemberdayaan masyarakat integratif-partisipatif yang melibatkan tiga pihak (LSM, masyarakat dan perguruan tinggi) dapat diimplementasikan pada rumah tangga nelayan dengan pendekatan pola pikir wirausaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai bagian dari teknologi baru yang akan digunakan oleh para nelayan sehingga teknologi baru tersebut memperkuat jiwa kewirausahaan dan memungkinkan persaingan di pasar regional maupun nasional melalui pembentukan usaha kecil.
Keterampilan nelayan umumnya terbatas, hanya sekadar menangkap ikan dan kurang mendukung diversifikasi kegiatan. Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh. Sementara pengetahuan dalam mengolah ikan masih sebatas mengeringkan dengan cara digarami atau dibuat kerupuk kemudian dipasarkan di pasar-pasar sekitar. Hal tersebut tentunya tidak akan memberikan nilai tambah yang berarti. Rendahnya survey ke konsumen akan meningkatkan risiko produk pangan tidak laku dan dibuang begitu saja, yang menyebabkan hilangnya biaya tenaga kerja, tenaga dan waktu. Oleh karena itu, kehidupan sehari-hari dan kondisi ekonomi dari satu generasi ke generasi berikutnya terus mengalami keterbatasan.
Jiwa kewirausahaan adalah segala semangat untuk menerapkan segala kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru (proses kreatif) dan berbeda (proses inovatif). Strategi pemberdayaan dengan pendekatan pola pikir wirausaha merupakan strategi dengan perubahan pola pikir pada nelayan yang ingin berwirausaha. Perubahan “pola pikir” ini berawal dari pemikiran bahwa ikan tidak hanya dijual dalam kondisi basah atau kering, tetapi juga mencari teknik pengolahan ikan yang tepat sesuai dengan sumber daya alam setempat yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Upaya pengolahan pangan berbahan dasar ikan dilakukan dalam berbagai bentuk, rasa dan jenis seperti bakso ikan, makanan ringan dan petis. Semakin banyak variasi olahan pangan berbahan dasar ikan menunjukkan bahwa nelayan telah berusaha meningkatkan daya inovatifnya, sehingga jiwa wirausaha nelayan pun semakin berkembang dengan baik. Dengan model pemberdayaan ini, para nelayan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengolah ikan secara higienis, keterampilan dalam pengemasan, dan meningkatkan pengetahuan tentang pemasaran serta membangun jaringan pemasaran.
Daftar Pustaka
Becker, G. S. 1995. Human Capital Theoretical and Empirical Analysis: With Special Reference To Education. Chicago: University of Chicago Press.
Brooking, A. 1996. Intellectual Capital: Core Assets for the Third Millenium. London: Enterprise Thomson Business Press.
Chambers, R. 1996. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Denzin, N. K. dan Lincoln, Y. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eroğlu, O. dan Piçak, M. 2011. Entrepreneurship, National Culture and Turkey. International Journal of Business and Social Science. 2(16): 150.
Hasanuddin, N. L., N. Noor, dan H. R. Santosa. 2013. Is It Possible to Eradicate Poverty in The Fishermen Village? International Journal Of Environmental Sciences. 4(2): 127-128.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2014. Regulasi Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Tersedia daring di http://www.p2hp.kkp.go.id/editor/gambar/file/peraturan/2014/PER%205%20Tahun202014%20%28otentifikasi%29.pdf [Diakses 13 Januari 2021].
Nurlina, Ramli, M. Daulay, dan Rujiman. 2016. The Analysis of East Side Poverty Coastal Fishermen in ACEH. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. 6 (1): 76.
Salviana dan Widyastuti. 2011. Pemberdayaan Perempuan Melalui Model Life Skills. Jurnal Penelitian Sosial HUMANITY. 6(2).
Salviana, et al. 2011. Modul Pemberdayaan Masyarakat Partisipatif Integratif Melalui Pengembangan Industri Non-Corporate Menuju Pembangunan Karakter Bangsa yang Berdaya Saing. Malang: UMM Press.
Soedarwo, V. S. D., I. Ulum, dan U. Yuliati. 2018. The Empowerment of Fishermen Household with Entrepreneur Mindset Approach to the Enhancement of the Competitive Human Capital. 4th International Conference the Community Development in ASEAN. 886-893.
Soetomo. 2013. Pemberdayaan Masyarakat; Mungkinkah Muncul Antitesisnya? Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Son, H. H. 2010. ADB Economics Working Paper Series: Human Capital Development. Manila: Publication Stock.
Wekke, I. S. dan Cahaya, A. 2015. Fishermen Poverty and Survival Strategy: Research on Poor Households in Bone Indonesia. Procedia Economics and Finance. 26: 7-11.
Wrihatnolo, R. R. dan Dwidjowijpto, R. N. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo