Mengenal Konsep Blue Economy Dalam Sektor Kelautan

kelautan 4 Feb 2021

Konsep blue economy digagas oleh Gunter Pauli dalam bukunya yang berjudul “The Blue Economy: 10 Years, 100 Inovations, and 100 Million Jobs” pada tahun 2010. Konsep ini berangkat dari kondisi dunia yang semakin hari semakin memprihatinkan dengan meningkatnya instensitas kerusakan lingkungan, perubahan iklam, kesenjangan sosial, kemiskinan, dsb. Konsep blue economy hadir karena sistem ekonomi yang berada di penjuru dunia bersifat eksploitatif serta memberi dampak buruk bagi lingkungan (Pauli, 2013). Konsep ini sejalan dengan konsep green economy yang memiliki tagline “Blue Sky, Blue Ocean” dengan makna ketika pertumbuhan ekonomi terjadi, rakyat menjadi sejahtera dan lingkungan tetap terjaga dengan ditandai kondisi langit dan laut tetap biru. Konsep blue economy juga ikut diperkenalkan oleh World Bank yang mendefinisikan bahwa blue economy merupakan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan mata pencaharian dan pekerjaan, dan kesehatan ekosistem laut. Adapun yang membedakan blue economy dan green economy adalah fokus arenya, di mana blue economy berpusat pada kelautan sedangkan green economy mencakup daratan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep blue economy ini merupakan konsep yang bertujuan untuk menumbuhkan perekonomian di sektor seperti kelautan dan perikanan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya.

Kondisi ekosistem laut di beberapa negara mengalami penurunan akibat ulah manusia dan adanya perubahan iklim. Hal ini memunculkan kesadaran untuk melindungi kondisi laut karena tidak dapat dipungkiri laut menjadi sumber kebutuhan dengan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Indonesia menjadi salah satu negara yang menaruh concern pada hal tersebut. Pada tahun 2009 dalam World Ocean Conference (WOC) yang diselenggarakan di Indonesia, dihasilkan deklarasi yang berjudul Manado Ocean Declaration (MOD). Deklarasi ini berisi mengenai kesepakatan para negara peserta untuk menciptakan ekosistem laut yang sehat dan mengimplementasikan pembangunan kelautan yang berkelanjutan. Dalam MOD terdapat dua pilar, yakni pilar ekonomi kelautan dan pilar lingkungan laut. Kedua pilar tersebut merupakan komponen inti dari konsep blue economy.

Gambar 1. Ilustrasi Keterkaitan Pilar Utama MOD Dengan Konsep Blue Economy

Adapun prinsip-prinsip yang ada dalam konsep blue economy terdiri dari:

1. Natural resource efficiency, yakni mengoptimalkan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan secara efektif, tidak terbuang secara percuma. Sumber daya alam yang terbatas digunakan dengan memperhitungkan aspek berkelanjutan (sustainability) dan memperhatikan dampak terhadap lingkungan.

2. Minimize waste, yakni meminimalisir limbah/sumber daya sisa produksi. Misal limbah berupa kepala ikan dapat diolah kembali dengan cara direbus lalu dikeringkan sehingga menjadi kroposan, kroposan dapat diolah kembali menjadi pakan ternak.

3. Social inclusiveness, yakni kegiatan dapat dilakukan oleh semua orang, tidak terbatas pada kelompok tertentu. Misal pihak A berfokus pada usaha tambak garam, sisa dari produksi tambak garam berupa air tua dapat dimanfaatkan oleh pihak B untuk air pembuatan tahu. Sisa-sia dari produksi pihak A dapat menjadi sumber pendapatan bagi pihak B.

4. Cyclic systems of production, atau dapat disebut juga sebagai efek berganda merupakan prinsip untuk dapat menciptakan alternatif mata pencaharian yang bisa berdampak pada peningkatan ekonomi rumah tangga. Misal melayan tidak berfokus pada satu usaha saja, yakni penangkapan ikan. Nelayan bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk membuat usaha lain. Hal ini dapat menjadi strategi ketika nelayan menghadapi musim paceklik pada usaha penangkapan ikan. Prinsip ini memiliki keterkaitan dengan prinsip social inclusiveness.

5. Open-ended innovation and adaptation, yakni prinsip untuk terus berinovasi dan beradaptasi sesuai dengan situasi dan kondisi. Misal untuk menangkap ikan digunakan umpan bulu-bulu sebagai pengganti umpan hidup agar mengurangi biaya operasional. Inovasi umpan bulu-bulu merupakan salah satu bentuk adaptasi ketika umpan hidup mengalami peningkatan harga.

Dengan memahami konsep blue economy dan mencoba menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam konsep tersebut, kita dapat menjaga lingkungan sembari menumbuhkan perekonomian melalui profitdan nilai tambah produk.


DAFTAR PUSTAKA

Zamroni, A., Nurlaili, N., & Witomo, C. M. (2019). Peluang Penerapan Konsep Blue Economy Pada Usaha Perikanan Di Kabupaten Lombok Timur. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 4(2), 39-44.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012). Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru. Jakarta: Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Dewan Kelautan Indonesia.

Tag

Fishea Project

Diseminasi Edukasi Pemasaran Digital Produk Sumber Daya Perikanan