Manfaat Algae
Algae merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Istilah algae berasal dari bahasa Latin "alga" yang berarti ganggang laut atau yang lebih populer dengan istilah rumput laut Ilmu yang mempelajari halhal yang berkaitan dengan algae disebut algology. Walaupun algae telah lama digunakan sebagai bahan makanan seperti yang dijelaskan PRESCOTT (1969) dalam'The Poetic Literature of the Chinese about 600 B.C", ternyata algae masih dianggap kurang memiliki nilai ekonomis penting dibanding dengan fungi dan bakteri. Oleh karena itu, saat ini para fikolog di berbagai belahan dunia dalam melakukan penelitian tidak lagi hanya terfokus pada masalah morfologi, fitologi, fisiologi dan hal-hal lainnya tentang algae secara terperinci, tetapi juga mulai melakukan penelitian secara berkelanjutan tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan pemanfaatan algae (SHARMA, 1992).
Salah satu manfaat algae yang sangat penting adalah sebagai penghasil utama bahan organik di dalam ekosistem perairan. Dalam ekosistem perairan, keberadaan algae merupakan bagian utama dari rantai makanan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada algae. Sebab aktivitas fotosintesis merupakan sumber oksigen terhadap lingkungan perairan di sekitarnya, di mana akan memberikan keuntungan secara langsung terhadap organisme lainnya yang hidup dalam air.
Beberapa algae terpenting yang biasa digunakan untuk bahan makanan adalah sebagai berikut :
Algae coklat (Phaeophyceae) Algae coklat yang banyak digunakan sebagai bahan makanan adalah Alaria, Laminaria, Sargassum, dan Durvillea.
A. Laminaria. Di Jepang makanan yang berasal dari Laminaria disebut "kombu". Laminaria memiliki kandungan Fe dan protein yang tinggi, serta vitamin A dan C. Selain Jepang, Amerika Serikat dan Korea juga menggunakan Laminaria sebagai sup dan acar (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
B. Alaria. Di Jepang makanan yang berasal Alaria disebut "sarumen". Alaria memiliki kandungan vitamin B6 dan K yang tinggi. Alaria juga digunakan sebagai bahan makanan di Amerika Serikat, Inggris dan Islandia (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
C. Durvillea. Di Amerika Selatan, Durvillea yang dipanen dari alam diolah dengan cara dikeringkan dan digarami, lalu dipasarkan dengan nama "cachiyugo". (SHARMA, 1992).
D. Sargassum. Sargassum merupakan salah satu sumber yodium, vitamin C, protein dan asam folat. Sargassum digunakan sebagai bahan makanan di Jepang dan Korea (TRONO et al, 1998; CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
Menurut PRESCOTT dalam SHARMA (1992), zat-zat makanan terpenting yang terdapat dalam algae coklat terdiri dari protein (meliputi 17 asam amino), lemak dan karbohidrat. Beberapa jenis mineral juga terdapat pada algae coklat, misalnya karotena, tiamin dan subflavin.
Algae merah (Rhodophyceae) Algae merah yang banyak digunakan sebagai bahan makanan adalah Porphyra, Palmaria, Chondrus, Gigartina dan Rhodymenia.
A. Porphyra merupakan algae merah yang sangat penting sebagai bahan makanan. Berbagai jenis makanan yang berasal dari Porphyra seperti "nori" di Jepang, "laver" di Inggeris dan Amerika Serikat, "sloke" di Skotlandia, dan "luche" di bagian Selatan Chili. Porphyra memiliki kandungan pro tein, vitamin A dan C yang sangat tinggi. Di Jepang sendiri, lebih dari 29,5 juta kg Porphyra digunakan setiap tahun. (SHARMA, 1992; CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
B. Palmaria untuk bahan makanan.juga diperdagangkan dengan berbagai merek, seperti "dulse" di Kanada, "sol" di Islandia telah digunakan sebagan bahan makanan sejak abad ke 18, "dillisk" di Irlandia, "nibble"di Kanada yang merupakan bahan campuran bir, sedangkan di Rusia difermentasi menjadi minuman beralkohol (SHARMA, 1992; CHAPMAN & CHAPMAN, 1980)..
C. Chondrus crispus yang secara umum dikenal sebagai "Irish moss" digunakan dalam pembuatan es krim dan berbagai jenis makanan lainnya. Chondrus crispus memiliki kandungan vitamin A yang tinggi dan digunakan sebagai bahan makanan di Amerika Serikat, Islandia dan Perancis. Sedangkan di Jepang, jenis yang digunakan adalah Chondrus ocellatus (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
D. Gigartina papillata. Di Islandia, Gigartina papillata digunakan untuk pembuatan puding. Gigartina papillata memiliki kandungan vitamin C yang tinggi (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
E. Rhodymenia palmata. Algae jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan makanan oleh nelayan yang dikenal dengan nama "dulse" (SHARMA, 1992).
Algae hijau (Chlorophyceae) Algae hijau terpenting yang banyak digunakan untuk bahan makanan seperti Monostroma, Ulva, Codium dan Chlorella.
A. Monostroma digunakan sebagai bahan makanan yang banyak ditemukan di Jepang dengan nama "aonori"(SHARMA, 1992). Di Taiwan Monostroma digunakan sebagai sup (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
B. Ulva. Seperti halnya dengan Durvillea, Ulva yang telah dikeringkan dan digarami diperdagangkan dengan nama "cachiyugo". Selain itu Ulva juga digunakan sebagai salad dan sup. Ulva memiliki kandungan Fe yang sangat tinggi. Ulva banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan di China, Filipina, Chili dan Hindia Barat (SHARMA, 1992; CHAPMAN & CHAPMAN, 1980). Selain itu, Ulva juga merupakan sumber vitamin C, pro tein, asam folat dan beberapa jenis mineral, seperti : Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn (TRONO etal, 1998).
C. Codium. Di Jepang dan Korea, Codium fragile digunakan sebagai salad, sup dan manisan. Codium fragile memiliki kandungan Fe yang tinggi (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
D. Chlorella diketahui memiliki kandungan lipid dan protein yang tinggi. Menurut PRESCOTT dalam SHARMA (1992), kandungan lipidnya mencapai 8,5% dari beratkering. Protein Chlo rella mengandung semua asam-asam amino esensial. Oleh karena itu Chlorella dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk penerbangan ruang angkasa. Walaupun Chlorella dapat digunakan sebagai makanan pengganti di saat krisis, biaya budidayanya sangat mahal. Menurut THACKER & BABCOCK dalam SHARMA (1992), dari segi ekonomis produksi Chlorella kurang menguntungkan.
Algae hijau-biru (Cyanophyceae) Algae hijau-biru yang banyak digunakan untuk bahan makanan adalah Nostoccommune yang di China dikenal dengan nama "yuyucho". Nostoccommune memiliki kandungan protein yang tinggi (SHARMA, 1992). Selain itu, di Danau Texcoco (Meksiko) juga ditemukan duajenis algae hijau-biru yang dapat digunakan sebagai bahan makanan, yaitu Phormidium tenue dan Chroococcus turgidus (ORTEGA dalam CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
DAFTAR PUSTAKA
AN ULLMAN'S ENCYCLOPEDIA. 1998. Industrial Organic Chemicals. Vol. 7. Wiley-VCH New York: 4009 - 4012.
CHAPMAN, V.J. and D.J. CHAPMAN. 1980. Seaweed and Their Uses. Third edition. Chapman and Hall, New York: 30 - 97.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta: 942.
SHARMA, OP. 1992. Text Book of Algae. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi: 73 - 79.
TRONO, G.C., Jr. and E.T.G. FORTES. 1988. Philippine Seaweeds. National Book Store, Inc. Publishers, Metro Manila, Philippines: 199-225.